Asslamu’alaikum semua, lagi pengen curhat aja nih malam ini (Ahad, 04 Oktober 2020, jam 20.18 wita). Cuman kali ini curhatnya bukan tentang kelistrikan atau segala hal tentangnya, tapi curhat aja dah. Curhatin masalah-masalah hidup saat ini. 

Jujur, baru-baru ini saya habis resign dari pekerjaan. 2 kali resign skaligus dari 2 perushaan yang berbeda dalam jangka waktu 3 bulan saja. 

Perusahaan pertama, Pabrik Gula, nama perushaannya secret ya, hehe. Company privasi. Perushaan ini bisa dibilang sebagai tempat saya membangun karir pertama kali di dunia kerja, meski bukan yang pertama banget karena sebelumnya juga saya pernah bekerja di tempat lain cuman waktunya sebentar, sekitar 1 tahunan. Mulai bergabung di pabrik gula ini pada bulan September 2015, kurang lebih 5 tahun lalu.

Yang ke 2, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Perusahaan luar yang inves dalam negeri. Jual daya ke PLN, Operasional sejak 2018.

Basic keilmuan sih listrik. Pas kuliah dulu ngambil konsentrasi STL (sistem tenaga listri), Fakultas teknik. Tapi semenjak kuliah sampe lulus, saya kayak gak pernah benar-benar merasa sebagai orang listrik, feel nya gk pernah benar-benar saya dapetin hahah. Mungkin penyebabnya karena pas awal masuk dulu, masuk teknik tu pilihan ke 2 saya, pilihan pertama malah pendidikan tapi gak lolos, akhirnya ambil teknik karena merasa terhormat aja bisa masuk perguruan tinggi negeri favourite, cieee favourite wkwkwk.

Iya, pas SMA saya lebih minat ke pelajaran bahasa dan sosial meskipun jurusan saya IPA. Saya cenderung lebih suka pelajaran-pelajaran hafalan, bukan Eksak, eh malah masuk jurusan eksak, tau lah, kadang saya jg bingung dengan jalan hidup saya sendiri, hehe.

Ok, akhirnya pada bulan september 2013, dengan tertatih dan berdarah darah, hihi, akhirnya selesailah kuliah itu dengan IPK yang amat sangat standard, sedikit di atas syarat daftar CPNS, tapi masih di bawah 3. haha, tebak aja lah ya..

Keluarlah saya dari dunia kampus itu untuk memulai hidup baru yang sebenanrya. Mujurnya, waktu itu baru sehari pasca wisuda, harus sudah berangkat ke jatim untuk OJT karena memang sudah keterima kerja melalui rekrutment di kampus. 

1 bulan di jatim untuk melalui proses OJT kemudian langsung terbang ke Kaltim, tepatnya samarinda.

Ujian yang saya lalui di kampus ternyata tidak ada apa-apanya di banding ujian di dunia kerja. Asli hep, kalau flash back ke masa-masa itu, banyak kejadian-kejadian yang ingin saya hapus dari memory saya. Maaluuu ku di amboon,,,hahaha. Banyak kejadian memalukan yang saya alami.

Bayangin deh, orang baru lulus kuliah, membawa title ilmu yang juga tidak benar-benar dia minati, dan harus mulai menanggung beban kerja yang bahkan “lebih sulit” dari pelajaran-pelajaran pas kuliah, huuuuh. Benar-benar ujian nyata yang mau tidak mau harus dihadepin, harus!

Tapi, berbekal amanah dan kepercayaan dari orang tua dan keluarga, bismillah, majuuuu terussss pantang mundur, hahaha.

Pengalaman kerja 1 tahun pasca wisuda bisa dibilang adalah masa masa sulit saya di dunia kerja. Sulit karena saya harus mulai beradaptasi dengan kebiasaan dan pola hidup baru, pola hidup mulai mandiri, hee.

Sebelumnya pas kuliah, jujur saya masih sangat bergantung sama orang tua. Uang kuliah, uang buat hidup di kos dll masih mengandalkan ortu.

Tapi semenjak mulai bekerja, saya akhirnya merasakan bahwa mencari uang itu sulit kawan.

Benar bahwa dengan bekerja, di akhir bulan kita pasti gajian, dengan nominal yang lumayan lah untuk bujang seperti saya waktu itu.

Tapi untuk bisa nyampai di akhir bulan dan nerima transferan, hari-hari yang saya lalui sungguh berat. Berat secara fisik maupun psikologis. Tapi berat yang ter berat adalah psikologis.

Memang sih, waktu itu saya keluar dari perguruan tinggi dengan membawa ijazah seorang sarjana kelistrikan, tapi aslinya saya tidak punya pengalaman apa apa. Hanya sedikit pengalaman praktik instalasi di lab jurusan, haha. Pengalaman yang sangat kecil untuk diterapkan di dunia kerja yang ilmunya jauh lebih maju dan kompleks, haha.

Waktu itu saya memang memimpin team yang rata rata lulusan STM, Tapi punya pengalaman praktis yang jauh lebih banyak dari saya. Di sinilah cerita itu dimulai hee. 

Tak jarang saya harus belajar dari team saya sendiri, belajar hal hal baru yang memang tidak ada di kampus. Contoh misal apa itu kontaktor, relay, timer, sensor, alarm dll. Secara kan komponen komponen ini adalah komponen wajib di tempat kerja saat itu, dan saya sebagai pimpinan team belum paham hal hal seperti itu. Waduh, harus benar benar berbesar hati untuk belajar bahkan sama orang orang yg secara pendidikan di bawah kita.

Dalam kondisi seperti itu, karakter kita benar benar diuji, apakah kita akan menjadi pribadi yang rendah hati atau tinggi hati. Jika kita tinggi hati, maka kita akan jadi pecundang yang cepat atau lambat akan tersisih dari team.

Tapi, sebagai manusia normal, terkadang ada saja perasaan malu untuk menghadapi keadaan seperti itu. Apalagi ditambah dengan karakter orang yg berbeda beda, ada yg benar benar baik dan peduli, mau membantu untuk ngajarin, dan ada yang hanya basa basi. Orang yang hanya basa basi ini lah yang kemudia menjadi masalah dan ujian tambahan saat kita berada dalam situasi seperti itu. 

Tapi Alhamdulillah, ujian itu mampu saya lewati sehingga akhirnya saya mulai familier dengan banyak equipment² di dunia industri. Pun juga dengan kompnen komponen elektrikal yang biasa digunakan untuk menjalankan sistem kelistrikan.

Singkat cerita, pada tahun 2015, akhirnya memutuskan resign karena selain ada msalah keluarga, saya juga merasa udah saatnya mencari ilmu baru di tempat lain.

Sempat nganggur juga beberapa bulan, akhirnya dapat lowongan kerja yang saya rasa pas dan keterima juga, meski melalui proses yg lumayan lama dan rumit. 

Dia lah pabrik gula yang saya sebut di atas. Di pabrik ini, tanggung jawab pekerjaan teknis jauh lebih berat dan kompleks dari sebelumnya, dan itu lah yang memang saya harapkan agar bisa terus berkembang. 

Banyak kenangan tak terlupakan saat bekerja di perusahaan ini. Dari awal masuk sampe akhir. Memang banyak duka nya, tapi justru di situlah indahnya. 

Di pabrik ini lah saya pertama kali mengenal istilah instrument dan automation yang kemudian jadi salah satu label blog ini hehe. Awalnya sih saya fikir bakalan mengisi pos yang sama dengan sebelumnya, yakni elektrikal. Tapi kebutuhan organisasi mengharuskan saya mengisi posisi ini karena kebetulan di saat yang sama, sudah ada kawan yang diplot mengisi posisi elektrikal.

Pertualangan dimulai. Pabrik ini masih dalam tahap project. Struktur bangunan pun masih banyak yang belum selesai. Saya dan kawan kawan lebih banyak supervisi kontraktor yang mengerjakan project. Sembari mempelajari hal hal yang nantinya akan jadi tanggung jawab kami. 

Pabrik ini sebenanrya dari india, makanya banyak pula orang India yang nangkring ngawasin proses pengerjaan pabrik ini. Bahkan sampe sekarang masih ada yang stay di sana, bekerja.

Bagi saya, pabrik ini cukup modern dan canggih. Beberapa equipment sudah full otomatis, dan beberapa lagi belum.

Sebagai orang baru yang belum tau apa² ttg automation dan instrumentation, saya merasa beruntung karena dihadapkan pada hal hal baru yang benar benar menantang. Entah kenapa juga kali ini benar² interested dengan bidang ini. Gak kayak sebelumnya, hehe.

Akhirnya saya mulai belajar perlahan. Diguide sama orang india pake bahasa Inggris ala india. Awalnya kesulitan, bukan karena english india, tapi karena saya memang tidak cakap berbahasa inggris, wkwk. 

Akhirnya lambat laun mulai terbiasa, meski kesulitan ngomong aktif, saya mulai bisa memahami apa yg dibilang kawan india itu pas ngejelasin ttg sesuatu. 

Kadang juga sering debat, adu mulut untuk banyak hal, tapi itu lah dunia kerja. Setelah itu semua jadi biasa biasa saja, tidak ada dendam atau apapun.

Waktu terus berlalu, hari hari saya habiskan untuk bekerja di pabrik ini. Pergi pagi pulang sore, begitu terus, sampai akhirnya sampai pada titik di mana saya mulai jenuh. Iya, jenuh sekali melakukan kegiatan yang sama terus tiap hari. Sampai akhirnya saya merasa harus melakukan sesuatu supaya bisa move dari tempat ini. 

Mulaialah saya mencari cari lowker di jobstreet. Beberapa kali saya diapnggil interview cuman selalu gak bisa dipenuhi karena lokasi perusahaan nya yang jauh, di luar daerah. Begitu terus, sampai akhirnya saya dapat email dari sebuah perusahaan untuk mengisi form calon karyawan.

Kaget juga, karena sebenanrya saya udh lama ngelamar di perusahaan tersebut, mungkin udh 1 tahun lebih, kok baru dihubungi sekarang? 

Ah bodo amat, apapun itu saya berfikir sepertinya niat untuk bisa berpindah tempat sepertinya akan segera terwujud hehe,,

Akhirnya benar saja, saya dihubungi lagi, diminta online interview, tes ini itu dan selesai. 

Esoknya ditelpon dan dikasih tau kalo diterima. Seneng banget dong ya,, sujud syukur karena kali ini saya bukan hanya akan pindah, tpi juga pulang ke kampung halaman, kebetulan lokasi perusahaan nya berada di 1 provinsi dan 1 pulau. Kalo yang pabrik gual, 1 provinsi beda pulau. 10 jam perjalanan darat ke rumah di kampung. Alhamdulillah.. 

Akhirnya, saya mulai bicara ke team saya dan juga beberapa rekan kerja. 

Sekitar 5 tahun, dan akhirnya saya akan pergi. Iya, karir sekitar 5 tahunan beberapa hari lagi akan berakhir. 

Perpisahanpun tak terelakan. Banyak tangis haru karena harus berpisah dengan kawan² seperjuangan. 5 tahun tentu bukan waktu yg sebentar. 

Tapi itulah hidup, toh juga di dunia kita hanya akan berpijak sementara sebelum kembali ke pangkuan ilahi. Saya mencoba tegar dan berpaling meninggalkan team dan kawan kawan yang sudah jadi saudara selama 5 tahun terakhir, dan akan selalu jadi saudara setelahnya.

Akhirnya saya pulang, bertemu keluarga dan orang tua. Bahagia? Iyalah.. namanya kumpul sama keluarga, terutama ortu, ya sneng lah. 

Saya rasa, siapapun kita yang pergi merantau, pasti pada akhirnya nanti akan kembali ke keluarga, dan itulah yg saya alami.

Setelah rehat sekitar semingguan, perusahaan baru menunggu saya untuk segera bergabung. 

Pembangkit listrik tenaga surya. Kapasitas 7 MWp. Jual daya ke PLN. Menggunakan scada schneider untuk monitoring. Keren. Hal baru lagi nih, fikirku ketika pertama kali masuk kerja.

Jalan beberapa hari, everything is good. Meski sebelumnya saya pernah bekerja di bidang yang tak banyak berbeda, tetap saja ada perbedaan. Dan saya diminta untuk beradaptasi dengan cepat. Baik teknis maupun administrasi dan laporan.

1 bulan berlalu, Alhamdulillah saya sudah merasa mulai IN dalam dunia baru ini. Teman² baru, lingkungan kerja baru.

Pembangkit tentu saja berbeda dengan pabrik gula. Apalagi ini PLTS. Sangat minim suara bising. Paling hanya suara reaktor saja dari inverter di area pembangkit, selebihnya sepi, hening, enak. Hehe

Areanya juga bersih. Pokoknya nyaman. Bekerja di PLTS tuh nyaman. Setidaknya itu yang saya rasakan. Terlepas dari troubleshooting yang mungkin ada ya. 

2 bulan berlalu, saya mulai kurang antusias masuk kerja. Saya mulai merasa kelelahan bolak balik dari rumah ke site. 2 jam PP. Bukan jarak yang deket apalagi jalanan di tempat saya enggak macet kayak di kota kota besar, jadi 2 jam pp itu jauh. 

Mulai ada konflik dengan rekan kerja untuk urusan urusan pekerjaan dan saya anggap itu masih normal dan bukan masalah besar.

Masuk bulan ke 3, saya benar benar lelah. Dan akhirnya saya memutuskan untuk resign. Iya, secepat itu saya mengambil keputusan yang akan berdampak besar dalam hidup saya dan keluarga kecil saya ke depan nya. Terlebih lagi di masa pandemic seperti ini.

Banyak pihak yang menyayangkan dan menyalahkan keputusan saya. Ada yang bilang kok berani melepas pekerjaan dengan gaji lumayan di masa² sulit seperti ini, nanti mau makan apa?? MasyaAllah,, mereka seakan akan sedang menakar rizki orang.

Tapi itulah saya. Saya menjalani. Saya yang meraskan. Orang orang kadang hanya bisa bicara. Jadi yaudah, saya tidak begitu menghiraukan perkataan orang. Yang saya pedulikan hanya ortu dan keluarga kecil saya, istri saya. Tapi mereka sudah saya yakinkan. Bahwa keputusan ini diambil dengan pertimbangan yg matang, dan saya juga punya rencana setelah ini dan mereka ikhlas. Itu yang penting bagi saya.

Akhirnya, saya resign 2x dalam waktu 3 bulan. Hehe.

Kawan, yang ingin saya sampaikan dari curhatan ini adalah, kita hanya hidup sekali di dunia ini. Kita hanya pengembara sesaat. Allah swt menciptakan kita di dunia ini hanya untuk mencari bekal untuk kita bawa kelak saat jatah hidup kita sudah habis. Apa itu? Ya amalan² soleh. Apa itu amalan² soleh? Ya banyak, silahkan buka youtube dan ngaji. Jangan buka youtube cuman buat ngejar duit adsense! Hehe,

Pada intinya saya ingin FREEE kawan. 7 tahun memang bukan waktu yang lama untuk seorang pekerja. Nyatanya sebagian besar orang bekerja sampai pensiun. Sampai tua. Makanya ada BPJS JHT, jaminan hari tua. 

Sayangnya saya tidak bisa seperti itu. Hidup ini saya rasa akan terlalu tidak berarti untuk hanya dihabiskan di tempat kerja. Apalagi kadang pkerjaan tak jarang membuat kita lalai dari mengingat Allah. Mau tidak mau! Kadang kita terpaksa mengakhirkan shalat hanya karena ingin pekerjaan cepat selesai. Atau bahkan ada yang lupa shalat karena sibuk bekerja.

Untuk orang ornag yang iman nya kuat mungkin gak jadi masalah. Masalahnya kita rata-rata imannya lemah. Dihadapkan pada kondisi kayak gitu kadang gak siap. Akhirnya lama lama iman makin tergerus dan futur. Kita jadi orang lalai. Lalai untuk mengerjakan tugas utama kita hidup di dunia ini. 

Buat kawan yang membaca ini, tujuan saya bukan untuk menginspirasi teman² agar resign dari pekerjaan dan memilih hidup tanpa ikatan manusia. Tidak sama sekali. Silahkan bekerja, berkarir yang baik agar jadi orang suskes. 

Masing masing kita punya pandangan yang berbeda dalam memahami hidup.

Kalau saya pribadi, saya ingin hidup untuk menjalani sesuatu yang saya sukai, yang bisa membuat saya bahagia. Bukan membuat hari hari saya jadi muram dan tertekan. 

Saya tidak ingin bangun di pagi hari dan cemas memikirkan hari ini. Sebaliknya, saya ingin bangun di pagi hari dengan ibadah yang berkualitas. Dan dengan perasaan gembira karena akan menjalani sesuatu yg saya sukai, cintai dan tidak membebani saya. 

Begitulah saya ingin menjalani hidup. Adapun tentang Rizki, saya serahkan sepenuhnya kepada Allah swt. Yang penting bagi saya adalah tetap ikhitiar. Apapun pekerjaan itu asalkan halal dan tentunya saya menikmatinya.. Wallahua’lam…

Happy life kawan.. ☺☺☺

Post Comment